Selasa, 25 Maret 2014

Makalah Pantun :)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pantun merupakan sastra lisan yang dibukukan pertama kali oleh Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda Riau, seorang sastrawan yang hidup sezaman dengan Raja Ali Haji. Antologi pantun yang pertama itu berjudul Perhimpunan Pantun-pantun melayu. Genre pantun merupakan genre yang paling bertahan lama.
Mengungkapkan perasaan tidak hanya dapat diceritakan dan ditulis dalam bentuk prosa. Ungkapan perasaan pun dapat dinyatakan dalam bentuk puisi, seperti puisi lama yang disebut pantun. Selain pantun, masih ada bentuk puisi lama lainnya, seperti pantun kilat (karmina), talibun, seloka, gurindam, dan syair.
Pantun sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak dahulu. Misalnya, wawangsalan, paparikan, sisindiran, sesebred dalam masyarakat sunda; pantun ludruk, dan gandrung dalam masyarakat jawa; serta ende-ende dalam masyarakat Mandailing. Bahkan, di sebagian daerah Sumatra, masyarakat Minangkabau menggunakan pantun sebagai pembuka acara di perayaan-perayaan. Selain dibaca, pantun juga kerap dinyanyikan.
            Pantun di Indonesia sangat banyak dan beranekaragam, untuk itu dengan mempelajari hakikat pantun akan menambah banyak wawsan mengenai budaya asli yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pantun tidak hanya dianggap sebagai warisan nenek moyang tetapi jika ditelusuri pantun memiliki banyak kegunaan diantara yang paling penting sebagi saran komunikasi dan pelupapan ekspresi seseorang.






1.2 Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian Pantun?
2.      Bagaimanakah sejarah dari pantun?
3.      Bagaimanakah ciri-ciri pantun?
4.      Apa sajakah peran dan fungsi pantun?
5.      Bagaimanakah struktur sebuah pantun?
6.      Apa sajakah jenis-jenis pantun ?
7.      Bagaimankah kriteria dalam membaca pantun ?

1.3 Tujuan
1.      Mengetahui pengertian pantun
2.      Mengetahui sejarah pantun
3.      Mengetahui ciri-ciri pantun
4.      Mengetahui peran dan fungsi pantun pada kehidupan
5.      Mengetahui struktur sebuah pantun
6.      Mengetahui berbagai jenis pantun
7.      Mengetahui criteria dalam membaca pantun









BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Pantun
Dalam pengertian umum, pantun merupakan salah satu bentuk sastra rakyat yang menyuarakan nilai-nilai dan kritik budaya masyarakat. Pantun adalah puisi asli Indonesia (Waluyo,1987:9). Pantun juga terdapat dalam beberapa sastra daerah di Indonesia seperti “parika” dalam sastra jawa atau “paparikan” dalam sastra sunda. Orang yang pertama kali membentangkan pikiran dari hal pantun Indonesia ini adalah H.C. Klinkert dalam tahun 1868. Karangannya bernama “De pantuns of minnenzangen der Maleier”. Sesudah itu datang Prof. Pijnapple; juga beliau memaparkan pikirannya dari hal ini dalam tahun 1883. Pantun tepat untuk suasana tertentu, seperti halnya juga karya seni lainnya hanya tepat untuk suasana tertentu pula.
          Menurut Surana (2001:31), pantun ialah bentuk puisi lama yang terdiri atas 4 larik sebait berima silang (a b a b). Larik I dan II disebut sampiran, yaitu bagian objektif. Biasanya berupa lukisan alam atau apa saja yang dapat diambil sebagai kiasan. Larik III dan IV dinamakan isi, bagian subjektif. Sama halnya dengan karmina, setiap larik terdiri atas 4 perkataan. Jumlah suku kata setiap larik antara 8-12. Namun, dalam buku Bahan Ajar Sastra Rakyat (2005:70) mengatakan bahwa:
           
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Pantun adalah genre kesusasteraan tradisional Melayu yang berkembang di seluruh dunia khususnya di Nusantara sejak ratusan tahun lampau.Pantun adalah simbol artistik masyarakat Nusantara dan ia adalah lambing kebijaksanaan berfikir.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun "versi pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi panjang" (enam baris atau lebih).
2.2  Sejarah Pantun
Pada mulanya pantun merupakan senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan (Fang, 1993: 195). Pantun pertama kali muncul dalam Sejarah Melayu dan hikayat-hikayat popular yang sezaman dan  disisipkan dalam syair-syair seperti Syair Ken Tambuhan. Pantun dianggap sebagai bentuk karma dari kata Jawa Parik yang berarti pari, artinya paribahasa atau peribahasa dalam bahasa Melayu. Arti ini juga berdekatan dengan umpama atau seloka yang berasal dari India. Dr. R. Brandstetter mengatakan bahwa kata pantun berasal dari akar kata tun, yang terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara, misalnya dalam bahasa Pampanga, tuntun yang berarti teratur, dalam bahasa Tagalog ada tonton yang berarti bercakap menurut aturan tertentu; dalam bahasa Jawa kuno, tuntun yang berarti benang atau atuntun yang berarti teratur dan matuntun yang berarti memimpin; dalam bahasa Toba pula ada kata pantun yang berarti kesopanan, kehormatan.
Van Ophuysen dalam Hamidy (1983: 69) menduga pantun itu berasal dari bahasa daun-daun, setelah dia melihat ende-ende Mandailing dengan mempergunakan daun-daun untuk menulis surat-menyurat dalam percintaan. Menurut kebiasaan orang Melayu di Sibolga dijumpainya kebiasaan seorang suami memberikan ikan belanak kepada istrinya, dengan harapan agar istrinya itu beranak. Sedangkan R. J. Wilkinson dan R. O. Winsted dalam Hamidy (1983:69) menyatakan keberatan mengenai asal mula pantun seperti dugaan Ophuysen itu. Dalam bukunya “Malay Literature” pertama terbit tahun 1907, Wilkinson malah balik bertanya, ‘tidakkah hal itu harus dianggap sebaliknya?’. Jadi bukan pantun yang berasal dari bahasa daun-daun, tetapi bahasa daun-daunlah yang berasal dari pantun.

2.3  Ciri – Ciri Pantun
Ciri-ciri pantun adalah sebagai berikut :
·         Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu kesatuan yang disebuat bait/kuplet.
·         Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata (umumnya 10 suku kata).
·         Separoh bait pertama merupakan sampiran (persiapan memasuki isi pantun), kemudian separoh bait berikutnya merupakan isi (pesan yang mau disampaikan).
·         setiap bait terdiri dari 4 baris
·         bait pertama dan kedua adalah sampiran
·         baris ketiga adalah isi
·         bersajak a-b-a-b

2.4  Peran dan Fungsi Pantun
a.        Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap, yang merupakan satu kesatuan yang  disebut bait/kuplet.
b.        Pantun turut berfungsi sebagai media untuk menyampaikan hasrat yang seni atau rahasia yang tersembunyi melalui penyampaian yang berkias.Orang melayu mencipta pantun untuk melahirkan perasaan mereka secara berkesan tetapi ringkas,kemas,tepat dan menggunakan bahasa yang indah-indah.Padazaman dahulu kala masyarakat melayu belum lagi pandai menulis dan membaca.Hal inidemikian kerana, masyarakat Melayu pada waktu itu belum lagi bertamadun. Keadaanini telah membuktikan bahawa orang melayu sebelum tahu menulis dan membaca telahpandai mencipta dan berbalas-balas pantun antara satu sama lain.
c.        pantun sering digunakan dalam upacara peminangan dan perkahwinan atau sebagai pembuka atau penutup bicara dalam majlis-majlis resmi.
d.       Pantun sering dijadikan sebagai alat komunikasi.

2.5  Struktur Pantun
Adapun struktur pantun pada umumnya ialah terdiri dari dua baris sampiran dan dua  baris isi. Smpiran merupakan sandaran dan isi merupakan saran misi atau pesan.         
Menurut Sutan Takdir Alisjahbana fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama untuk mempermudah pendengaran memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karna pantun merupakan sastra lisan.
2.6  Jenis-jenis Pantun
Berdasarkan bentuk/jumlah baris tiap bait, pantun dibedakan menjadi
a.       Pantun biasa, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan masukkan ke dalam peti
Kalau ada kata yang salah
Jangan masukkan kedalam hati
b.      Pantun kilat/karmina, yaitu pantun yang hanya tersusun atas dua baris.
Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi
Dahulu saying, sekarang benci
c.       Pantun berkait, yiatu pantun yang tersusun secara berangkai, saling mengkait antara bait pertama dan bait berikutnya.
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh
Kayu jati bertimbal jalan
Diman hati yang tak rusuh
Ibu mati bapak berjalan

Kayu jati bertimbal jalan
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan
Kemana untung diserahkan
d.      Talibun, yaitu pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap jumlahnya, separoh merupakan sampiran, dan separoh lainnya merupakan isi.
Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu

Kalau anak pergi berjalan
Ibu sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
e.       Seloka, yaitu pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi persajakannya datar (a-a-a-a).
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh
Kayu jati bertimbal jalan
Diman hati yang tak rusuh
Ibu mati bapak berjalan

Kayu jati bertimbal jalan
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan
Kemana untung diserahkan
Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi
a. Pantun anak-anak :
- pantun bersuka cita
Contoh :
Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang
- pantun berduka cita
Contoh :
            Buat apa menyetrika
            Kalau bajunya basah
            Buat apa mencari dia
            Kalau dia putus sekolah

b. Pantun muda :
- pantun perkenalan
- pantun berkasih-kasihan
- pantun perceraian
- pantun beriba hati
- pantun dagang

Contoh :
Tanam melati di rama-rama
 Ubur-ubur sampingan dua
 Sehidup semati kita bersama
            Satu kubur kelak berdua
c. Pantun tua :
- pantun nasehat
- pantun adat
- pantun agama
Contoh :
Unggas undan si raja burung
Terbang ke desa suka menanti
Wahai badan apalah untung
Senantiaa bersusah hati
d. Pantun jenaka
Contoh :
Anak rusa di rumpun salak
Patah tanduknya ditimpa genta
Riuh kerbau tergelak-gelak
Melihat beruk berkacamata
e. Pantun teka-teki
Contoh :
Kalau puan puan perana
Ambil gelas di dalam peti
Kalaup uan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki
2.7  Kretaria membaca/melisankan pantun.
          Secara umum kriterianya adalah dengan intensitas estetis tata artistik dan keharmonian ucapan. Sedangkan secara khusus adalah sebagai berikut:
1.     Kualitas ucapan (Ujaran)
Kualitas ujaran adalah kemampuan vokal yakni melafalkan bunyi ucapan secara tepat, kuat dan jelas merupakan kunci keberhasilan.
2.      Tempo
Tempo ialah kelenturan pengaturan bunyi yang tidak selalu tinggi, tidak datar, dan mengatur kapan dia bertempo cepat dan kapan bertempo sedang, juga bertempo lambat.
3.      Ekspresi
Ekspresi adalah pelahiran perasaan dengan cara memberi maksud dan tercermin pada kualitas ucapan, mimik, dan kelenturan tubuh.
4.      Penampilan
Penampilan ialah keluwesan sikap dan kewajaran. Maksudnya pembaca harus tidak demam panggung, tidak mlu dan mampu menguasai dirinya.






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pantun adalah Puisi Indonesia, tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b) tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris pertama dan baris kedua biasanya tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi; setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata; merupakan peribahasa sindiran; jawab (pada tuduhan dan sebagainya)
Ciri-ciri pantun dapat dinyatakan yaitu pantun tersusun atas empat baris dalam tiap baitnya.Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran.Baris ketiga dan keempat merupakan isi/ maksud yang hendak disampaikan.Jumlah suku kata dalam tiap baitnya rata-rata berkisar delapan sampai dua belas.
Jenis pantun dapat dibedakan berdasarkan tingkatan umur pemakainya, berdasarkan isinya ,dan  berdasarkan bentuknya atau susunannya.
                 

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya ilmu tentang kesusastraan selalu digali dan dipelajari serta diterapkan, khususnya tentang pantun oleh para sastrawan, ilmuan, dan lebih spesifik lagi oleh mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia.



DAFTAR RUJUKAN

M. Syamsul Hidayat. Peribahasa dan Pantun. Surabaya : UD Apollo Surabaya., 2004
Ipul. 2010. Pengertian pantun.                                                                                                        http://ipoel-v2.blogspot.com/2010/02/pengertian-pantun.html
Anonim. 2012. Pengergian Pantun .               http://bedehbeih.blogspot.com/2012/03/pengertian-pantun.html
Azahrie. Makalha pantun Banjar.                                                        http://azharie.heck.in/makalah-pantun-banjar-stkip-pgri-bjm.xhtml
Anonim. 2011. Macam macam Pantun.                      http://www.na2ngismail.net/2011/09/macam-macam-pantun.html
Anonim. 2011. Sejarah pantun dan jenis- jenisnya.                                                   http://kaskus-forum.blogspot.com/2011/11/sejarah-pantun-dan-jenis-jenisnya.htm
Anonim. 2011. Ciri cirri pantun.                                            http://www.cumaseo.com/2011/02/ciri-ciri-pantun.html


1 komentar: