Minggu, 23 Oktober 2016

Aku mencintaimu, oleh sebab itu aku tak pernah berhenti mendoakan keselamatanmu

Sebuah hati yang resah, Tuhan mohon selalu dekatkan hati kami.
Ketika angin dingin mulai menyapa dan menyelinap di sepertiga malamku, mataku mulai terbuka, harapan dan mimpi-mimpi mulai bergantian menayangkan diri semacam 2 cm di depan mata, mereka menari-nari penuh misteri.
Aku yakin semua yang ditetapkan Tuhan adalah yang terbaik untuk kita, sesuai dengan porsi kita akan datang dan menghampiri kita pada waktu yang tepat tanpa pernah mengingkar.
Begitu pula dengan jodoh, jauh  1000 tahun sebelum ditetapkannya warna laut sebiru warna langit, jodoh kita telah tertulis di Lauhul Mahfudz.
Tuhan pasti telah menyiapkan sekeping hati dalam sesosok manusia yang memang ditugaskan untuk membahagiakan dan melengkapi segala kekurangan, yang akan menyiapkan bahu dan telinganya untuk mendengar semua keluh kesahmu ketika malam tiba, mengelusmu dengan kasihnya dan memberikan ketentraman pada hidupmu.
Aku percaya pada semua rencanamu Tuhan, sempat aku terjatuh tersungkur menghinakan diri karena takdirmu yang kala itu ku anggap tidak adil. Tapi aku salah besar, saat itulah Tuhan benar-benar menunjukkan kasih sayang dan kebesarannya pada diriku yang hina.
Tuhan mengirimkanku sesosok malaikat tanpa sayap, tak bercahaya memang. Tapi dengan memandangnya saja sudah mampu mendamaikan hati. Kamu..
Tuhan, segerakanlah. Aku resah dalam menanti kapan hari itu datang. Aku yakin kali ini tak jatuh pada hati yang salah lagi.
Dulu saya bahkan tak tahu bagaimana caranya berterimakasih dan hal apa saja yang harus saya terimaksihi dari kehadiranmu dikehidupan saya karena sejujurnya kehadiran ini adalah anugerah terindah yang pernah saya alami, mukjizat dan kebesaran Tuhan yang nyata  hari saya. Kini saya sudah menemukan cara yang benar untuk berterimakasih akan semua ini, dengan selalu berusaha berjuang menjaga apa yang telah ada, bersyukur sebanyak-banyaknya kepada Tuhan atas beribu bahkan bermilyar anugerahNya, dan dengan mendoakan keselamatanmu, sepakat dengan ungkapan “Aku mencintaimu, oleh sebab itu aku tak pernah berhenti mendoakan keselamatanmu”.
Dari aku yang tak pernah berhenti bersyukur sejak pertama hadirmu.